oleh : Irawan Saptono PESAWAT mendarat di bandar udara Komoro, Dili. Waktu itu, 23 November 1993. Di landasan pacu saya menghirup nafas dalam-dalam. Dili tidak seromantis yang saya bayangkan. Panas sekali dan berdebu. Dari ketinggian dua ribu kaki, dari kaca jendela Fokker 100, Pulau Timor tampak berwarna kecoklatan, tandus, dan berbatu. Franscisco