Surat kabar Persatoen adalah surat kabar Islam dan diperkirakan sudah terbit di Samarinda akhir tahun 1920 atau di awal 1923. Directeur & Hoofdredacteur Persatoen ialah RS Maradja Sajoethi Loebis. Suara Kaltim – Sejarah pers di Indonesia menyebutkan pergolakan perlawanan menentang penjajahan Hindia Belanda di Samarinda melalui surat kabar terjadi pada tahun 1928, ketika tokoh Sarekat Islam R.S. Maradja Sajoethi Loebis
sejarah pers Kaltim
FOTO. WARTAWAN TEMPO DOELOE. Jongkok kiri Hifnie Effendy, sampingnya Ardin Katoeng. Paling kanan Sjahranie Sjafei wartawan Masjarakat Baroe. Berdiri kanan, AA Adiwijaya (Pacifik). Satu-satunya perempuan Titiek Roelia (pembina). Foto diambil saat perpisahan dengan Pimpinan Umum SK Pembina, Anang Sulaiman (1955). dokumen : Oemar Dachlan Suara Kaltim – Siapa wartawan yang paling ditakuti Belanda?
Wartawan pergerakan, yang tak pernah menyerah meski sempat di penjara beberapa kali Suara Kaltim – Setelah diusir Belanda dari Kaltim, sekitar tahun 1938, Horas Siregar tidak pulang ke Sumatera Utara. Tapi merantau ke Sulawesi Tengah. Lebih tepatnya ke kota Palu, ibukota propinsi Sulawesi Tengah.Tokoh pers Kaltim “5 zaman”, H Oemar Dachlan mengaku sejak tahun 1938
Gaya Wartawan Tempo Doeloe. Tampak wartawan Ardin Katoeng (Kedua dari kiri). Paling kiri Pangeran Poeger, putra Sultan Kutai AM Parikesit. Tampak pula Syahranie Syafei, wartawan Masjarakat Baroe dan LKBN Antara, yang sedang baca koran. Foto saat peresmian lokasi transmigrasi Pulau Atas, Samarinda 1955 (ketika itu Pulau Atas masuk dalam wilayah daerah istimewa Kutai). Foto koleksi