Tugu Cacing?
Catatan : Akhmad Zailani
Tahun baru 2025, kota Samarinda wajah baru. Lebih cantik. Plus seksi.
Kalau cantik saja. Balikpapan juga cantik. Tapi kini, Balikpapan sudah kalah sama Samarinda.
Bila ada yang membantah, terserah.
Samarinda benar benar berbenah. Wajah baru. Maka, berbahagialah warga Samarinda yang mencintai kotanya.
Dengan anggaran besar, banyak proyek besar. Proyek kecil juga ada. Mulai proyek jalan, parit untuk membenahi banjir hingga proyek terowongan.
Banyak kantor kantor dan pasar sebagai pusat perekonomian masyarakat direhab dan dibangun.
Wajah Kota Samarinda juga di percantik.
Tak hanya badan jalan dibuat mulus, semulus paha wanita, bibir tepian sungai Mahakam pun diberi gincu, yang bernama ; Teras Samarinda.
Teras Samarinda, terletak di jalan Gajah Mada, di depan Kantor Gubernur Kaltim. Jadi ikon baru kota Samarinda.
Warga Samarinda kita bisa berbangga. Apalagi saya, kelahiran kota Samarinda, yang setiap lebaran tak pernah mengenal kata mudik. Beruntung Walikota Samarinda, H Andi Harun masih bisa mudik. Setiap lebaran masih bisa mudik ke kampung halamannya, di Sinjai, Sulawesi Selatan.
Ada yang bilang, sebut saja saya ; “ Samarinda sudah lebih cantik dari Balikpapan”. Pakai emotion. Mantap.
Jerawat jerawat di wajah Samarinda pun sudah mulai dihilangkan. Pedagang yang memakan badan jalan, terutama di jalan jalan dekat pasar sudah diatur. Saya menuliskan diatur, bukan disingkirkan. Pedagang diizinkan berjualan, sampai jam tertentu. Satu keuntungannya, macet berkurang.
Pasar-pasar dibenahi. Pasar Pagi lama dihancurkan, lalu dibangun Pasar Baru, yang lebih bagus.
Kita- khususnya warga Samarinda benar benar merasakan adanya geliat pembangunan di Samarinda.
Di beberapa jalan adanya kemacetan. Itu wajar. Karena banyak proyek-proyek parit dan jalan yang dikerjakan.
Bila jalan macet, tidak ada proyek pembangunan itu barunya kurang ajar.
- H Andi Harun memang benar-benar Walikota, yang sukses memimpin di kota Samarinda.
- Tak sampai 100 hari menjabat sebagai Walikota Samarinda di periode pertama, Andi Harun sudah bisa menyelesaikan masalah relokasi warga di pinggiran Sungai Karang Mumus (SKM) sekitar gang Nibung Jl Soetomo dan sekitar Pasar Segiri.
Tak hanya di situ. Penataan relokasi warga dan penataan bibir bantaran SKM terus berlanjut.
Yang terbaru kita lihat, “wilayah Texas” berikutnya setelah di bantaran sungai dekat Gang Nibung-Pasar Segiri dan sekitarnya, yakni Gang Bakti Jl Lambung Mangkurat atau Jl Gatot Subroto dekat Jembatan Baru- Jl Tarmiji dan sekitarnya pun sudah bersih dari rumah. Pinggiran sungai diturap. Jalan Tarmiji diperlebar. Wilayah kumuh dekat “Kaltim” (dulunya lagi Pinang Babaris) di belakang hotel Ibis, tempat rombong rombong menjual minuman keras atau ada yang menyebut “Negara dalam Negara” karena sulit digusur, itu pun kini lenyap berubah menjadi cafe.
Kaget. Terus terang, bukan saya saja. Sejumlah warga kota pun kaget. PKL kaget. Termasuk PKL di bantaran sungai Mahakam depan Pasar Pagi kaget. Pejabat juga kaget.
Jajaran PNS Pemkot Samarinda, termasuk pejabat kaget karena : biasanya slow, kinerjanya. Santai. “Kada kawa lagi” (terjemahan bahasa Banjarnya : Tidak Bisa lagi) bermalas-malasan. Mengkorupsi waktu. Saat Andi Harun jadi Walikota kada kawa jadi “pegawai 704”. Pegawai 704 artinya rajin turun sungsung jam 7 pagi. Tapi absen aja. Habis itu hilang atau bulik (pulang), memandikan burung atau ayam misalnya. Atau nongrong di warung. Sekitaran jam 4 an sore mencungul atau bahasa Betawinya nongol lagi. Padahal PNS, jam kerjanya 8 jam. Bukan PPPK paruh waktu atau pegawai honor yang tak lulus tes seleksi PPPK, rencana kerjanya 4 jam. Pejabat sibuk. Bahkan bisa melampaui jam kerja. Sering sampai malam. Tak hanya itu, hari Sabtu dan Minggu pun,kadang ada agenda kerja Saya membacanya dari WA Group Jurnalis Samarinda. Agenda yang dishare bagian protokol Pemkot Samarinda.
Di zaman Andi Harun, di awal menjabat sudah dibuat aturan baru, telat turun ke kantor, duit TTP dipotong.
Bagi yang bukan pegawai, perlu dijelaskan sekilas apa itu TPP atau Tambahan Penhasilan PNS. TPP adalah penghasilan tambahan yang diterima PNS atau CPN di luar gaji dan tunjangan lain yang sah. Tujuannya sebagai usaha peningkatan kesejateran.
Itulah hebatnya Andi Harun. Kinerja PNS yang sebelumnya seperti kinerja pahat, yang “dicatuk” atau dipukul dulu kepalanya baru begawi (kerja), sudah mulai berkurang banyak. Yang mucil (bandel) sudah sedikit. Bukan berarti tidak ada.
Saya ulangi lagi, itulah hebatnya Andi Harun. Walikota rasa gubernur. Walikota vioner dan tegas. Pujiannya lainnya bisa anda tambahkan lagi sendiri.
Terlalu banyak bila saya tulisan telah banyak perubahan, sebutlah perkembangan pembangunan di kota Samarinda. Nanti jadi panjang pujiannya. Telinga Walikota nanti bisa membesar, dan dadanya nanti bisa membusung.
Cukup beberapa paragraf di atas, Andi Harun sebagai Walikota Samarinda sudah sukses memimpin pemerintahan kota Samarinda. Di periode pertama kurang dari 5 tahun. Sebuah capaian prestasi yang membanggakan. Di harapkan, di periode ke 2, Andi Harun yang memilik pasangan Wakil Walikota baru H Saefuddin Zuhri dengan masa jabatan benar benar 5 tahun, akan bisa memimpin lebih hebat lagi dari periode ebelumnya.
Bila ada yang bilang, Walikota Samarinda lebih hebat di banding walikota sebelumnya, eit tunggu dulu. Walikota sebelumnya itu banyak. Ada Kadrie Oening, Waris Husain dan Lukman Said dan Achmad Amins.
Lalu?
Nanti bagian kedua aja kita lanjutkan. Kopinya sudah habis. Kalian bertanya-tanya kan, apa hbuungannya dengan judul ; tugu cacing? Kenapa tak ditulis judul yang manis? Misalnya ; Samarinda Sudah Cantik. Atau Andi Harun Sukses Membangun Samarinda. Jadi soal judul, terserah saya. Sengaja. Biar kalian penasaran. Tunggu aja kelanjutannya. Bila ingat. Saya netizen. Bukankah netizen selalu benar?. Jadi ; Tugu cacing? Judulnya.* Foto Humas Samarinda.
Baca Lanjutannya : TUGU CACING (2)
Baca Juga :
Tugu Pesut di Simpang Lembuswana Habiskan Anggaran Rp 1,1 Milyar, Mana Pesutnya? Lebih Mirip Cacing